Robbie Thomson, yang berhasil membuat kumparan Tesla jadi seni.
VIVA.co.id – Mungkin sang penemu kumparan Tesla, Nikola Tesla tak akan menyangka puluhan tahun kemudian, hasil karyanya tidak hanya bermanfaat di bidang listrik, tapi juga menjadi salah satu bagian keindahan karya seni.
Robbie Thomson, seniman asal Glasgow inilah yang berhasil membuat kumparan Tesla berpadu indah tak hanya secara visual, namun juga suara. Didapuk sebagai pembuka UK/ID Festival 2016, Robbie memanfaatkan kemampuan bunyi yang dihasilkan kumparan Tesla untuk menciptakan pertunjukan visual yang begitu hidup.
Komposisi musiknya yang diberi nama XFRMR (dibaca transformer) terinspirasi dari cuaca luar angkasa dan gelombang elektromagnetik, sebuah musik yang belum pernah di dengar sebelumnya. Selain Robbie, seniman Indonesia yang turut membuka acara ini adalah penampilan DJ set oleh Lucas dan AB.
UK/ID Festival 2016 merupakan bagian dari program UK/Indonesia 2016-2018, yaitu sebuah program berkelanjutan selama tiga tahun untuk membangun hubungan baru para seniman dan pekerja kreatif dua negara. Fokus utama program ini untuk menggali potensi masa depan pelaku kreatif dan produser muda di bidang teknologi.
“Penyelenggaraan UK/ID Festival 2016 diharapkan dapat menciptakan berbagai hubungan baru antara seniman, produser, kurator, dan organisasi seni asal Inggris dan Indonesia,” kata Paul Smith, Direktur British Council di Indonesia, Selasa, 18 Oktober di NuArt Gallery & Sculpture Park, Bandung.
Sementara itu, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, yang memiliki hubungan erat dengan British Council karena pernah menjadi juara dalam penghargaan Young Creative Entrepreneur British Council, menyambut baik pelaksanaan pembukaan festival di Bandung, Jawa Barat.
“Sekarang kalian punya alasan untuk lebih mencintai Bandung. Ini investasi, mungkin akan terlihat dua hingga lima tahun ke depan. Saya melihat keseriusan pemerintah Inggris di sini,” ujarnya.
Selain dibuka dengan pertunjukan Robbie Thomson dan DJ Lucas dan AB, ada pemutaran film Inggris yang membawa semangat layar tancap, yaitu dengan memutar film di tempat terbuka. Sementara di Jakarta, pemutaran film ini akan melibatkan sukarelawan pembisik, khusus bagi penonton tunanetra.
Festival ini masih akan berlangsung hingga Desember mendatang di delapan kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Yogyakarta, Padang, Ubud, dan Medan.
Oleh : Jujuk Ernawati, Rintan Puspitasari
Sumber: Viva News