Jakarta, CNN Indonesia — Bayangkan, petir atau listrik yang menyambar, dengan cahayanya yang berpijar keunguan. Lalu, bayangkan bagaimana jika cahaya dan bunyi dari keduanya bisa dikontrol sedemikian rupa untuk sebuah pertunjukan seni yang mengesankan?
Inilah yang dilakukan musisi muda asal Inggris, Robbie Thomson saat menampilkan inovasi musiknya lewat kumparan Tesla dalam malam pembukaan UK/ID Festival 2016, di Nu Art Sculpture & Park, Bandung, pada Kamis (18/10).
Dengan memanfaatkan frekuensi yang berbeda dari kumparan listrik bertegangan tinggi ini, Thomson menyuguhkan harmonisasi bunyi yang apik serta pertunjukan visual yang membuat kagum.
Pada 10 menit bagian pertama penampilannya, ia seolah mengajak penonton untuk sama-sama menjelejahi ruang angkasa. Jika ingat adegan dalam film The Martian atau Interstellar, rasanya kurang lebih sama saat berada di dalam pesawat luar angkasa menjelajahi galaksi.
Tidak hanya mengandalkan bunyi, Thomson lalu turut melengkapinya dengan visual dari layar proyektor yang menembak tepat ke kumparan Tesla.
Visual ini kadang menampakkan galaksi, kadang berganti dengan permainan multi media interaktif dengan distorsi, yang muncul mendekat lalu menjauh.
“Musik muncul dari permainan akan frekuensi berbeda dari kumparan Tesla, ” ujar Thomson menjelaskan cara kerja musiknya, saat ditemui di sela-sela pertunjukan.
Untuk mengantisipasi bunyi serta faktor keamanan, kumparan Tesla dikurung baja Faraday berukuran 2×2 meter.
Menurut sejarahnya, kumparan Tesla sendiri merupakan temuan ilmuwan asal Kroasia, bernama Nikola Tesla pada 1891. Temuannya ini merupakan rangkaian transformator resonansi listrik yang berfungsi menghasilkan tegangan tinggi hingga lebih dari 20 kilo volt.
Seiring dengan perkembangan waktu, kumparan ini lalu turut mengalami perubahan. Tegangan yang dibutuhkan berkisar antara minimal 2000 volt hingga 50.000 volt.
“Tidak mudah membuat bunyi dari kumparan listrik, terutama karena noise dan suaranya yang berpotensi memekakkan telinga,” ujar Thomson.
Untuk dapat memainkannya, ia lalu menggunakan setidaknya tiga alat, yakni Ableton untuk komposisi, mixer dan synthesizer.
Bunyi kumparan Tesla yang bertransformasi membuatnya berpikir untuk menamakan pertunjukannya ini XFRMR atau dibaca Transformer.
Sebuah inovasi
“Suatu kali saya melihat kumparan Tesla dengan bunyi unik yang dihadirkannya, saya pikir kenapa tidak,” ujar Thomnson bercerita awal ia berkreasi.
Tumbuh dan besar di Glasgow, Inggris, 29 tahun yang lalu, ia mengaku baru dua tiga tahun terakhir menggeluti musik. Sebelumnya, ia lebih banyak membuat karya di dunia desain grafis dan teater.
Thomson meluaskan bidang garapannya, tidak hanya ke musik, tapi juga pahatan, tata cahaya, dan teknologi digital.
XFRMR merupakan pengembangan dari pertunjukannya berjudul Ecstatic Arc yang ia tampilkan di Edinburgh Festival pada 2013. Sebelum tampil di Indonesia, kreasi inovasinya ini terlebih dahulu ditampilkan di London, Paris, dan Melbourne.
“XFRMR adalah medium saya mengeksplorasi kumparan Tesla sebagai instrumen dalam komposisi bunyi,” ujarnya.
Tampil selama 35 menit, Thomson membuat rentang bunyi yang berbeda-beda. Jika di awal ia mengajak penonton/pendengar masuk ke luar angkasa, di penggalan berikutnya ia memainkan musik yang rileks dan lalu berubah cepat seperti berada di dalam sebuah klub malam.
“Suatu kali saya sempat melihat Bjork, pernah memainkan hal yang sama,” ujarnya saat ditanyai apakah ada musisi lain yang juga menggunakan kumparan Tesla dalam permainan musiknya.
Disampaikan Thomson, dirinya cukup kaget ketika mendapati ada beberapa bagian dari permainan musiknya yang hampir mirip dengan musik Bjork.
Musik kreatif
Tumbuh dan besar di desa di Glasgow, disebut Thomson membuatnya dulu tidak penah berpikir akan terjun dalam pembuatan musik dari penggabungan listrik dan digital.
“Bapak saya pemain akordeon, sejenis organ tradisional,” ujarnya lugas.
Sebagai pemaian akordeon, ia mestinya juga mewarisi tradisi ini. Namun, Thomson mengaku dirinya haus akan berbagai ilmu pengetahuan.
Setiap kali melihat hal baru, ia tak sabar untuk mencobanya, termasuk juga persinggungannya kemudian dengan teater, desain grafis, hingga bertemu kumparan Tesla ini.
Usai tampil di Bandung, Thomson selanjutnya dijadwalkan akan menggelar pertunjukan XFRMR di Surabaya, tepatnya di Pendopo Taman Budaya Jawa Timur pada 20 Oktober, dan di Pendopo, Jogja National Museum Yogyakarta pada 23 Oktober 2016. (rah)
Sumber: CNN Indonesia